Mahasiswa Sulsel di Gorontalo dan Impiannya

Dengan dasar asumsi bahwa pelajar dan mahasiswa sulawesi selatan juga merupakan bagian dari slah satu komponen penting dalam menjaga serta mengambangkan nilai luhur suatu bangsa, tak terkecuali dalam hal pembangunan daearahnya sendiri. Dalm hal ini mahasiswa atau pun generasi muda juga menjadi bagian terpentig dalam memajukan daerah. Hal itu dapat kita lihat bersama dengan bukti banyak nya para intelektual muda yang mencoba melibatkan diri dalam memajukan daerahnya dari berbaga sektor apapun. Dimana hal tersebut dapat di lakukan setelah pasca menempuh pendidikan di tanah rantau, tak terkecuali di wilayah provinsi Gorontalo. 

Melihat hal itu, semangat para intelektual muda sulawesi selatan untuk menempuh pendidikan pun tak pernah pudar dan kian hari semakin membara. Hal tersebut di lakukan bukan berarti menjadi salah satu jalan, untuk menuda masa pengangguran mereka sebagai intelektual muda yang baru saja lulus di bangku SMA/SMK/MA Sederajat. Akan tetapi menjadi bukti kesadaran mereka sebagai generasi muda akan pentingnya pendidikan guna untuk memajukan sulawesi selatan khususnya daerah asal meraka asing-masing, dalam hal ini kabupaten kota yang menjadi tempat merak di besarkan. 

Tentunya untuk mencapai hal tersebut, para pelajar dan mahasiswa sulawesi selatan siap melakukan apapun demi menempuh pendidikan di rung lingkup universitas. Antusias besar untuk menikmati pendidikan di ruang-ruang perkuliahan kadang menjadi salah satu problem besar di ruang lingkup universitas yang ada di Sulawesi Selatan khususnya kota Makasar. Dengan dasar tersebut, tak heran banyak calon mahasiswa yang memberanikan diri mendaftar di luar provinsi sulawesi selatan, khususnya di Gorontalo. 

Gorontalo merupakan satu provinsi yang berada di pulau sulawesi. Pada dasaranya Gorontalo merupakan bagian dari privinsi Sulawesi Utara, akan tetapi letak geografis dan teritori yang cukup luas sehingga menadi salah satu landasan Gorontalao memisahkan diri dan menjadi provinsi sendiri di sejak tahun 2001.  

Meskipun begitu, jauh sebelum Gorontalo berpisah dengan Sulawesi Utara, riset membutikan bahwa telah banyak inteleltual muda dari sulawesi selatan yang telah menempuh pendidikan di tanah yang berjuluk Serambi Madinah ini. Hingga saat ini tercatat hampir ratusan pelajar dan mahasiswa sulawesi selatan yang mengenyam pendidikan di Gorontalo, baik SMP, SMA, dan hingga sampai Universitas. Data base terkait mahasiswa Gorontalo dapat di buktikan melalui organisasi mahasiswa kedaerahan yang ada di Gorontalo yang dikenal dengan nama Ikatan Kekeluargaan Pelajar Mahasiswa Indonesia Sulawesi Selatan (IKAMI SULSEL) yang ada di Gorontalo. 

Secara history Ikami Sulsel telah hadir sejak 30 September sejak tahun 1961 di Ciloto bandung melalui Musyawarah Besar yang di hadiri oleh 8 organisasi kedaerahan. Seiring berjalannya waktu, 1966 Ikami sulsel pun mulai hadir di Gorontalo (Sulawesi Utara ) yang dulunya masih bernama Kabupaten Gorontalo, melalui gebrakan senior-senior Ikami Cabang Minahasa. 

Hadirnya Ikami di Gorontalo dan tersu berkembang hingga saat ini, menandakan antusias pelajar dan mahasiswa dari selatan yang terus berdatagan untuk mengenyam pendidikan di Gorontalo. Melalui wadah Ikami Sulsel cabang Gorontalo, banyak mahasiswa yang berkompeten dan turut berkontribusi terhadap perkembangan daderah. Tak hanya di wilayah sulawesi selatan, alumni dari Gorontalo yang sempat berkiprah melalui wadah Ikami pun turut serta terlibat terhadap perkembangan daerah Gorontalo.

Sayangnya, dengan kapatistas dan kemapuan para alumni yang telah membuktikan kiprah di beberapa ruang, belum mampu mengakomodir satu permasalah yang sangat Vital bagi kalangan pelajar dan mahasiswa sulsel yang ada di Gorontalo. Kebutuhan yang di maksud adalah terkait pengadaan Asrama Mahasiswa, sebagai tempat bernaung para perantau muda di tanah Hulandhalo ini. 
Hal ini menjadi krusial bagi kami, sebab setiap tahun ikami mencoba mengakomidir melalui kepengurusan yang berjalan, bekerja sama dengan Ikatan Pemuda Sulawesi selatan (organisasi kepemudaan sulsel yang ada di Gorontalo), untuk mengumpulkan serta mewadahi para perantau atauapun pelajar yang mengenyam studi pendidikan di sulawesi selatan. Akan tetapi, hasilnya masih bersifat kurang efektif, dikarenakan tidak adanya rumah atau pun sekertariat sebgai tempat berkumpul. 

Beberapa kali usaha di coba untuk mewujudkan cita-cita dalam pengadaan asaram mahasiswa akan tetap impian kami tetap tidak pernah terwujud. Mulai berdiskusi dengan serta meminta arahan kepada senior-senior, organisasi pilar kedaerahan KKSS, hingga pada sampai jajaran BPW KKSS Gorontalo. Karena menurut kami, akses terdekatn dan paling tepat untuk mengeluhkan impian kami ujungnya pada jajaran BPW KKSS Gorontalo. 

Tahun 2019, bertepatan dengan bulan suci ramadhan, di mana KKSS memiliki kegiatn rutin yang tiap tahunnya di jalan hingga saat ini, yakni Tarwih dan Buka puasa Keliling. Pelajar dan mahasiswa hingga jajaran pemuda terlibat aktif pada kegiatan-kegiatan yang di gagas oleh KKSS tersebut. Hari pertama kegiatan tersebut bertepatan dengan peresmian sekertariat BPW KKSS Gorontalo, yang bertempat di jl. Sarini Abdullah. Pada rangakain kegiatan itu, angin segar mulai menghampiri kami selaku mahasiswa yang ada d Gorontalo. Sebab, dalam sambutan Ketua KKSS beliau meresmikan 1 unit gedung megah yang di dalamnya terdapat sekitar 4 buah ruang dan 1 aula besar, yang akan menjadii tempat berkumpul bagi para warga sulsel di Gorontalo, tak terkecuali bagi para pelajar dan mahasiswa sulsel (atas nama IPSS sebagai wadah yang di akui oleh KKSS sebab merupakan pilar KKSS) nantinya. 

Akan tetapi harapan kembali tak sesuai dengan realitas, nyatanya kami tak kunjung mendapatkan lampu hijau untuk menempati sekertariat KKSS yang begitu megah. Memang benar, untuk melaksanakan kegiatan kami mendapatkan izin, akan tetapi bagi kami itu tidak cukup dan tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan. Karena pada dasarnya, yang kami harapkan adalh tempat tinggal (asrama atau sekertariat), bukan tempat kegiatan. 

Tahun 2020, intelektual muda sulsel yang ada di Gorontalo yang terkafer di dua organda (ikami dan Ipss) mencoba mencari solusi dari kebuntuan tersebut, dengan cara patungan untuk menyewa kontrakan yang nantinya akan menjadi rumah untuk berkumpul, menerjakan tugas bersama, serta tentunya tempat untuk berkeluh kesah atas beban perkuliahan yang di alami oleh para pelajar dan mahasiswa yang ada di Gorontalo. Akan tetapi hasilnya kembali nihil, di karenakan biaya kontrakan tahunan di daerah yang kami tempati belajar terbilang Sangat mahal ( kisaran 15 Jutaan pertahun). Jikalau pun ada yang bawah kisaran angka tadi, masalah yang kedua yakni jarak koontrakan yang nantinya akan di tempati jauh dari kampus. 
Atas dasar itulah, kami selaku pengurus Ikami sulsel Cabang Gorontalo mengajukan permohonan bantuan, pengadaan sekertariat atau pun asrama bagi mahasiswa sulsel yang engah mengenyam pendidikan di Gorontalo. Pada dasarnya impian ini telah jauh kami harapkan, namun hingga saat ini tak kunjung tercapai. 

Adapun Sasaran Dari Kegiatan Ini Adalah menanamkan spirit merawat dan melestarikan adat dan budaya terhadap generasi muda khususunya dalam lingkup lokalitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Desa Jombe

Tren War Takjil : Gerakan Penguatan Toleransi Umat Beragama